Kapan harus pakek WDS ...???

WDS : Wireless Distribution System
menurut makdhe paidjo ... sing tukan coret2 kae :
Sistem Distribusi Nirkabel (WDS) adalah sistem yang memungkinkan interkoneksi nirkabel jalur akses dalam IEEE 802.11 jaringan. Hal ini memungkinkan jaringan nirkabel untuk diperluas dengan menggunakan beberapa jalur akses tanpa persyaratan tradisional untuk backbone kabel untuk menghubungkan mereka. Keuntungan penting dari WDS atas solusi lain itu mempertahankan alamat MAC dari frame klien di seluruh hubungan antara titik akses.  Sebuah access point dapat berupa utama, relay, atau remote base station . Sebuah base station utama biasanya terhubung ke (kabel) Ethernet . Sebuah stasiun relay relay basis data antara stasiun pangkalan terpencil, klien nirkabel atau stasiun relay lain untuk baik utama atau base station lainnya relay. Sebuah stasiun pangkalan terpencil menerima koneksi dari klien nirkabel dan melewati mereka ke stasiun relay atau ke stasiun utama. Sambungan antara "klien" yang dibuat dengan menggunakan alamat MAC bukan oleh tugas IP menentukan. ^{[ kutipan diperlukan ]}
BTS semua dalam Sistem Distribusi Nirkabel harus dikonfigurasi untuk menggunakan saluran radio yang sama, metode enkripsi (tidak ada, WEP , atau WPA ) dan kunci enkripsi yang sama. Mereka mungkin dikonfigurasi untuk berbeda pengidentifikasi service set . WDS juga mewajibkan setiap base station akan dikonfigurasi untuk meneruskan kepada orang lain dalam sistem.
WDS juga dapat dianggap sebagai mode repeater karena tampaknya untuk menjembatani dan menerima klien nirkabel pada waktu yang sama (tidak seperti tradisional bridging). Namun, dengan metode ini, throughput adalah dibelah dua untuk semua klien yang terhubung secara nirkabel.

Aku sampi mumet moco-e ... ngantuk aku lek di coro ngene iki ....
Sing jelas dan sederhana begini lho kira kira :
WDS iki sistem yg memungkinkan supaya data (termasuk ID) dari / ke klien menuju server atau sebalik-e itu sepenuhnya di sampaikan seolah olah tanpa melewati proses2 yg ada diantaranya ...
jadi ... makde WDS kuwi melarang alat2 lain sing wis di seting makdhe WDS untuk gawe laporan selain sing murni dari klien menuju server DHCP atau sebalik-e
penak-e ngomong alat2 sing di seting makdhe WDS system/firmware alat itu 100% di ambil alih oleh server DHCP ...
kesimpulan ndeso-ne ... puinter-e ky opo-pun alat kwi , gak ono guna-ne saat di seting makdhe WDS mergo sing ngatasi langsung ko server .... (mung kangge radione thok)

Pernah suatu saat bingung dewe .... kringet sak grontol2 ... antara meyakini hal2 mistik , membodoh2-kan diri sendiri dan menyalahkan alat yg di pakek sbg universal repeater (waktu itu alat yg di pakek : WA-500) ...
yg terjadi saat itu adalah ... klien paling ujung (setelah universal repeater) tidak mendapatkan DHCP dari server mikrotik ... sedangkan jika tanpa melewati universal repeater bisa mendapatkan DHCP ...
sejuta pertanyaan muter2 di kepala saat itu ... "WA-500 sing gak tepak , opo kene ono medi-ne ....??? .. hahahahah" ... capek dweh ...
dengan sangat terpaksa .... si universal repeater itu di seting DHCP server biar laptop klien bisa dpt IP dll dari WA-500 ... agar setiap klien bisa langsung konek internet tanpa hrs setting manual ...
Selama 2 hari kedepan terpaksa : kita tidak bisa melihat Mac Address si klien yg konek ke universal repeater ujung sana .... bagi sebagian orang sistem ini bisa jadi cocok buat mereka ... terutama yg suka memetakan arah klien ...
Pada kondisi ini (DHCP server pd Repeater) ... kita bisa memetakan klien : misalkan IP 10-19 berasal dr repeater 1 , IP 20-29 berasal dari area repeater 2 , IP 30-39 berasal dari repeater 3 dsb ... namun kelemahannya jika kita terbiasa main binding, kita kesulitan untuk menentukan si A harus otomatis menduduki IP A dsb ... selain itu kita tidak bisa melihat informasi ID dari klien yg ada di ujung repeater ...
Setelah 2 hr kemudian ... kita coba seting WDS pada Link ....
Dan hasilnya .... sepeti konsep sebelumnya .... semua proses DHCP di tangan-i oleh hotspot server MikroTik ...
Kemungkinan yg terjadi adalah ... ubnt memiliki firewall default spt itu (maksud-ku beda dgn TP-Link)
tidak menyampaikan ID hasil pancar ulang ke repeater di bawah-nya ...
Dan mulai saat itu semua klien dari pangkal sampai ujung sana DHCP-nya ngikut di INDUK ... semua bisa diliat mulai ID smp semua kegiatannya terpantau di server dan management pun makin komplek ...
artinya bisa makin rumit dan bisa makin sederhana ... tergantung kebiasaan si admin ...

OK dewh ... semoga sedikit pengalaman ini menjadikan bahan reverensi sampean kabeh jika suatu saat mengalami kasus spt ini ... kususnya sing pake bbrp AccessPoint yg berbeda merek dan jenis ...
Piss Bro ...